This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 01 Januari 2012

*Membongkar Kesesatan Syiah*

Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi Al-Atsari, Lc.
Syariah, Manhaji, 12 - Februari - 2004, 01:05:04
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=142


Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan
Islam dan kelompok Syi'ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara
penganut Islam dengan Syi'ah. Namun jika ditelusuri -terutama dari sisi
aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak
mungkin disatukan.

Apa Itu Syi'ah?
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut
seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas
suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405,
karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib
bin 'Ali Al-Awaji)
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa
Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk
memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu
sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya
Ibnu Hazm)
Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan
bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu
Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma'iliyyah. Dari
kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal.
147, karya Asy-Syihristani)
Dan tampaknya yang terpenting untuk diangkat pada edisi kali ini adalah
sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak dahulu hingga kini berjuang keras
untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Dengan segala cara, kelompok
sempalan ini terus menerus menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih
lagi kini didukung dengan negara Iran-nya.
Rafidhah , diambil dari yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna ,
meninggalkan (Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829). Sedangkan dalam terminologi
syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakr dan
'Umar c, berlepas diri dari keduanya, dan mencela lagi menghina para
shahabat Nabi . (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil
Yahud, 1/85, karya Abdullah Al-Jumaili)
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku,
siapa Rafidhah itu? Maka beliau menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang
mencela Abu Bakr dan 'Umar'." (Ash-Sharimul Maslul 'Ala Syatimir Rasul hal.
567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)
Sebutan "Rafidhah" ini erat kaitannya dengan Zaid bin 'Ali bin Husain bin
'Ali bin Abu Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam
bin Abdul Malik bin Marwan di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86)
Asy-Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin 'Ali adalah seorang yang
melebihkan 'Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai
Abu Bakr dan 'Umar, dan memandang bolehnya memberontak1 terhadap para
pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para
pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan
terhadap Abu Bakr dan 'Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka
(para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka:

"Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan
Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii."
(Maqalatul Islamiyyin, 1/137). Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' Fatawa (13/36).
Rafidhah pasti Syi'ah, sedangkan Syi'ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak
semua Syi'ah membenci Abu Bakr dan 'Umar sebagaimana keadaan Syi'ah
Zaidiyyah.
Rafidhah ini terpecah menjadi beberapa cabang, namun yang lebih ditonjolkan
dalam pembahasan kali ini adalah Al-Itsna 'Asyariyyah.

Siapakah Pencetusnya?
Pencetus pertama bagi faham Syi'ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari
negeri Yaman (Shan'a) yang bernama Abdullah bin Saba' Al-Himyari, yang
menampakkan keislaman di masa kekhalifahan 'Utsman bin Affan.2
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Asal Ar-Rafdh ini dari munafiqin dan
zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan
kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba' Az-Zindiq. Ia
tampakkan sikap ekstrim di dalam memuliakan 'Ali, dengan suatu slogan bahwa
'Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma'shum
(terjaga dari segala dosa, pen)." (Majmu' Fatawa, 4/435)

Sesatkah Syi'ah Rafidhah ?
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (aqidah) mereka dari kitab-kitab mereka
yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan
mereka.

a. Tentang Al Qur'an
Di dalam kitab Al-Kaafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih
Al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub
Al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja'far Ash-Shadiq), ia berkata :
"Sesungguhnya Al Qur'an yang dibawa Jibril kepada Muhammad  (ada) 17.000ayat."
Di dalam Juz 1, hal 239-240, dari Abu Abdillah ia berkata: "…Sesungguhnya di
sisi kami ada mushaf Fathimah 'alaihas salam, mereka tidak tahu apa mushaf
Fathimah itu. Abu Bashir berkata: 'Apa mushaf Fathimah itu?' Ia (Abu
Abdillah) berkata: 'Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam
mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur'an
kalian…'."
(Dinukil dari kitab Asy-Syi'ah Wal Qur'an, hal. 31-32, karya Ihsan Ilahi
Dzahir).
Bahkan salah seorang "ahli hadits" mereka yang bernama Husain bin Muhammad
At-Taqi An-Nuri Ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari
para imam mereka yang ma'shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul
Khithab Fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al
Qur'an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.

b. Tentang shahabat Rasulullah
Diriwayatkan oleh Imam Al-Jarh Wat Ta'dil mereka (Al-Kisysyi) di dalam
kitabnya Rijalul Kisysyi (hal. 12-13) dari Abu Ja'far (Muhammad Al-Baqir)
bahwa ia berkata: "Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan
murtad kecuali tiga orang," maka aku (rawi) berkata: "Siapa tiga orang itu?"
Ia (Abu Ja'far) berkata: "Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan
Salman Al-Farisi…" kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat 144. (Dinukil
dari Asy-Syi'ah Al-Imamiyyah Al-Itsna 'Asyariyyah Fi Mizanil Islam, hal. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya'qub Al-Kulaini berkata: "Manusia (para
shahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang:
Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi."
(Al-Kafi, 8/248, dinukil dari Asy-Syi'ah Wa Ahlil Bait, hal. 45, karya Ihsan
Ilahi Dzahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir Al-Husaini Al-Majlisi di
dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab Asy-Syi'ah Wa Ahlil Bait,
hal. 46)
Adapun shahabat Abu Bakr dan 'Umar, dua manusia terbaik setelah Rasulullah
, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan
bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab
bimbingan do'a mereka (Miftahul Jinan, hal. 114), wirid laknat untuk
keduanya:



Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan
keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan
thaghut keduanya, serta kedua putri mereka…(yang dimaksud dengan kedua putri
mereka adalah Ummul Mukminin 'Aisyah dan Hafshah)
(Dinukil dari kitab Al-Khuthuth Al-'Aridhah, hal. 18, karya As-Sayyid
Muhibbuddin Al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu'lu' Al-Majusi, si pembunuh Amirul
Mukminin 'Umar bin Al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang bergelar "Baba
Syuja'uddin" (seorang pemberani dalam membela agama). Dan hari kematian
'Umar dijadikan sebagai hari "Iedul Akbar", hari kebanggaan, hari kemuliaan
dan kesucian, hari barakah, serta hari suka ria. (Al-Khuthuth Al-'Aridhah,
hal. 18)
Adapun 'Aisyah dan para istri Rasulullah  lainnya, mereka yakini sebagai
pelacur -na'udzu billah min dzalik-. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab
mereka Ikhtiyar Ma'rifatir Rijal (hal. 57-60) karya Ath-Thusi, dengan
menukilkan (secara dusta) perkataan shahabat Abdullah bin 'Abbas terhadap
'Aisyah: "Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur
yang ditinggalkan oleh Rasulullah…" (Dinukil dari kitab Daf'ul Kadzibil
Mubin Al-Muftara Minarrafidhati 'ala Ummahatil Mukminin, hal. 11, karya Dr.
Abdul Qadir Muhammad 'Atha)
Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, Al-Imam
Malik bin Anas berkata: "Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk
menghabisi Nabi  namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para
shahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad  ) adalah
seorang yang jahat, karena kalau memang ia orang shalih, niscaya para
shahabatnya adalah orang-orang shalih." (Ash-Sharimul Maslul 'ala
Syatimirrasul, hal. 580)

c. Tentang Imamah (Kepemimpinan Umat)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan
dari Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja'far, ia
berkata: "Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum
dan wilayah (imamah)…" Zurarah berkata: "Aku katakan, mana yang paling
utama?" Ia berkata: "Yang paling utama adalah wilayah." (Dinukil dari
Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah ini (menurut mereka -red) adalah hak 'Ali bin Abu Thalib  dan
keturunannya sesuai dengan nash wasiat Rasulullah . Adapun selain mereka
(Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin dari Abu Bakr, 'Umar dan yang
sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam,
menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta
memperluas dunia Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah
para perampas (kekuasaan). (Lihat Al-Khuthuth Al-'Aridhah, hal. 16-17)
Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam ini ma'shum (terjaga dari segala
dosa) dan mengetahui hal-hal yang ghaib. Al-Khumaini (Khomeini) berkata:
"Kami bangga bahwa para imam kami adalah para imam yang ma'shum, mulai 'Ali
bin Abu Thalib hingga Penyelamat Umat manusia Al-Imam Al-Mahdi, sang
penguasa zaman -baginya dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan
dan salam- yang dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa, ia hidup (pada saat
ini) seraya mengawasi perkara-perkara yang ada." (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah,
hal. 5, dinukil dari Firaq Mu'ashirah, 1/192)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar
secara rinci membantah satu persatu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus
masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.
d. Tentang Taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan,
dalam rangka nifaq, dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu'ashirah,
1/195 dan Asy-Syi'ah Al-Itsna 'Asyariyyah, hal. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan
per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam Al-Kaafi (2/175) dari Abu
Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar Al-A'jami: "Wahai Abu 'Umar,
sesungguhnya sembilan per sepuluh dari agama ini adalah taqiyyah, dan tidak
ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah." (Dinukil dari Firaq
Mu'ashirah, 1/196). Oleh karena itu Al-Imam Malik ketika ditanya tentang
mereka beliau berkata: "Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula
meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta."
Demikian pula Al-Imam Asy-Syafi'i berkata: "Aku belum pernah tahu ada yang
melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu." (Mizanul I'tidal, 2/27-28, karya
Al-Imam Adz-Dzahabi)

e. Tentang Raj'ah
Raj'ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. 'Ahli
tafsir' mereka, Al-Qummi ketika menafsirkan surat An-Nahl ayat 85, berkata:
"Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj'ah, kemudian menukil dari
Husain bin 'Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini: 'Nabi kalian dan Amirul
Mukminin ('Ali bin Abu Thalib) serta para imam 'alaihimus salam akan kembali
kepada kalian'." (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu' 'Alar Riwayatit
Tarikhiyyah, hal. 32, karya Dr. Abdul 'Aziz Nurwali)

f. Tentang Al-Bada'
Al-Bada' adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka
berkeyakinan bahwa Al-Bada' ini terjadi pada Allah . Bahkan mereka
berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (1/111), meriwayatkan
dari Abu Abdullah (ia berkata): "Tidak ada pengagungan kepada Allah yang
melebihi Al-Bada'." (Dinukil dari Firaq Mu'ashirah, 1/252). Suatu keyakinan
kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4.
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi'ah Rafidhah, yang
darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang,
tanpa rasa malu Al-Khumaini (Khomeini) berkata: "Sesungguhnya dengan penuh
keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih
utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen) di masa Rasulullah ,
dan lebih utama dari masyarakat Kufah dan Iraq di masa Amirul Mukminin ('Ali
bin Abu Thalib) dan Husein bin 'Ali." (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah, hal. 16,
dinukil dari Firaq Mu'ashirah, hal. 192)

Perkataan Ulama tentang Syi'ah Rafidhah
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili di dalam kitabnya Al-Intishar Lish Shahbi
Wal Aal (hal. 100-153) menukilkan sekian banyak perkataan para ulama tentang
mereka. Namun dikarenakan sangat sempitnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa
ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam 'Amir Asy-Sya'bi berkata: "Aku tidak pernah melihat kaum yang
lebih dungu dari Syi'ah." (As-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin Al-Imam
Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu
Bakr dan 'Umar, beliau berkata: "Ia telah kafir kepada Allah." Kemudian
ditanya: "Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?" Beliau berkata:
"Tidak, tiada kehormatan (baginya)…." (Siyar A'lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi'i, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku tidak melihat dia (orang yang
mencela Abu Bakr, 'Umar, dan 'Aisyah) itu orang Islam." (As-Sunnah, 1/493,
karya Al-Khallal)
5. Al-Imam Al-Bukhari berkata: "Bagiku sama saja apakah aku shalat di
belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni
sama-sama tidak boleh -red). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak
dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak
dimakan sembelihan mereka." (Khalqu Af'alil 'Ibad, hal. 125)
6. Al-Imam Abu Zur'ah Ar-Razi berkata: "Jika engkau melihat orang yang
mencela salah satu dari shahabat Rasulullah , maka ketahuilah bahwa ia
seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita haq, dan Al Qur'an
haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur'an dan As Sunnah adalah para
shahabat Rasulullah . Sungguh mereka mencela para saksi kita (para
shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka
(Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah."
(Al-Kifayah, hal. 49, karya Al-Khathib Al-Baghdadi)
Demikianlah selayang pandang tentang Syi'ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa
menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari
kebenaran…Amin.

Friday, June 17, 2005

MENGUPAS SYIAH

MUQADDIMAH

Semenjak kematian Imam mereka, Syi'ah mengalamiperkembangan dan perpecahan.
Dan semakin jauh perpecahan mereka, semakin banyakpula ajaran dan paham baru.
Dimana tidak jarang ajaran Syi'ah dalam satu periode bertentangan dengan ajaranmereka pada periode sebelumnya. Karena setiap Imam memberikan ajaran, dimana perkataan Imam bagi Syi'ah adalah hadits, sama dengan sabda RasulullahShallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam. Bahkan adayang ber-anggapan bahwa perkataan Imam sama denganfirman Allah. Namun yang kita bicarakan dalam kapasitas ini adalahkelompok Syi'ah yang percaya kepada dua belas Imam(Syi'ah Imamiyah Al-Itsna 'Asyariyah) dan sekte inilah yang masuk dan berkembang di Indonesia.Namun kemungkinan orang-orang Syi'ah di sekitar anda akan mengingkari tulisan ini sambil berkata: "Syi'ah tidak seperti ini!" Tetapi tidak selayaknyalah merekamengingkari perkataan-perkataan ulama-ulama besar me-reka, Karena bahan bacaan yang kami gunakan dalampenyusunan risalah ini menggunakan kitab-kitab pokok Syi'ah yang ditulis oleh ulama-ulama besar Syi'ah sebagai referensi.

PEMBAHASAN

Abdullah bin Saba' adalah seorang pendeta Yahudi dariYaman yang pura-pura masuk Islam pada akhirkekhalifahan 'Utsman radiallahu 'anhu. Dialah orang yang pertama mengisukan bahwa yang berhakmenjadi khalifah setelah Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam adalah Ali Shallallahu 'AlaihiWasallam.Tetapi pada abad ke-14, dimunculkanlah isu bahwa Abdullah bin Saba' itu adalah manusia bayangan.Mungkin didorong oleh rasa tidak enak, karena timbul imajinasi bahwa ajaran Syi'ah itu berasal dari Yahudi.Tetapi itu merupakan fakta sejarah yang telah dibakukan,diakui oleh ulama-ulama Syi'ah pada jaman dahulu hingga sekarang.Sungguh keliru orang yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syi'ah, kecuali sebagaimanaperbedaan yang terjadi antara madzhab yang empat(Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) dan masalah-masalah furu'iyah ijtihadiyyah!Ketahuilah bahwa Syi'ah adalah agama di luar Islam.
Perbedaan antara kita kaum Muslimin dengan Syi'ahsebagaimana berbedanya dua agama dari awal sampaiakhir yang tidak mungkin disatukan, kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.Agar para pembaca mengetahui bashirah (yakni hujjahyang kuat dan terang naqliyyun dan aqliyyun) bahwa Syi'ah adalah dien/agama, maka di bawah ini kami tuliskan sebagian dari aqidah Syi'ah yang tidak seorang Muslim pun meyakini salah satunya melainkandia telah keluar dari Islam.

1. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta'ala tidakmengetahui bagian tertentu sebelum terjadi. Dan merekasifatkan Allah Ta'ala dengan al-Bada' yakni AllahSubhanahu wa Ta'ala baru mengetahui sesuatu setelahterjadi.

2. Tahriful Qur'an (Perubahan Al-Qur'an). Yakni mereka mengi'tiqadkan telah terjadi perubahan besar-besarandi dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telahdikurangi atau ditambah oleh para shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di bawah pimpinan tigakhalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman radhiallahu 'anhum ajmain. Salah satu ayat yang dibuang menurut versi Syi'ah adalah ayat wilayah (kedudukan) yang terdiri dari tujuh ayat. Kami tuliskan ayat ketujuhnya : Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan Ali termasukorang-orang yang menjadi saksi.

3. Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur'an yang ada ditangan kaum Muslimin dari zaman shahabat sampai hariini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur'an mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah yang merekanamakan mushaf Fatimah yang akan dibawa oleh Imam Mahdi. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman(yang terjemahannya):

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dansesungguhnya Kami-lah yang benar-benarmemelihara/menjaganya." (Al-Hijr: 9).

(Al-Qur'an) yang tidak datang padanya kebathilan baik dari depan maupun belakangnya, yang diturunkan ALLAH Yang Maha Bijaksana (lagi) Maha Terpuji."(Fush-shilat : 42).

Alangkah besarnya dusta dan penghinaan mereka terhadapAl-Qur'an. Allah Subhanahu wa Ta'ala tegaskan bahwa Al-Qur'an di dalam pemeliharaan-Nya dan tidak akankemasukan satupun yang bathil dari segala jurusan.Akan tetapi mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an telah diubaholeh tangan-tangan manusia, yaitu para shahabat.

4. Mengadakan penyembahan terhadap manusia. Merekabersikap berlebih-lebihan terhadap imam-imam mereka,sehingga mereka tinggikan sampai kepada derajatuluhiyyah (ketuhanan). Untuk itu, mereka telahberbohong atas nama shahabat besar ahlul jannah, Alibin Abi Thalib bersama istrinya (Fatimah puteri NabiShallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam) dan kedua orang anaknya (Hasan dan Hushain) dan seluruh ahlul bait. Lihatlah kepada sebagian perkataan ulama mereka tentang Ali bin Abi Thalib yang kata mereka -secara dusta- telah mengatakan:

Demi Allah. Sesungguhnya Akulah yang bersama Ibrahim di dalam api, dan Akulah yang men-jadikan api itu dingin dan selamatlah Ibrahim. Dan Aku bersama Nuh didalam bahtera (kapal), dan Akulah yang menyelamatkannya dari teng-gelam. Dan Aku bersama Musa, lalu Aku ajarkan ia Taurat. Dan Akulah yang membuat Isa dapat berbicara di waktu masih bayi dan Akulah yangmengajarkannya Injil. Dan Aku bersama Yusuf di dalam sumur, lalu Aku selamatkan ia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani (terbang),dan aku-lah yang menundukkan angin untuknya).(Dinukil dari kitab Syi'ah wa Tahrifu al-Qur'an oleh Syaikh Muhammad Malullah halaman 17, nukilan darikitab al-Anwaaru an-Nu'maaniyyah (I/31) salah satukitab terpenting Syi'ah).

Sekarang lihatlah apa yang dikatakan Khomeini,pemimpin besar agama Syi'ah di dalam kitabnyaal-Hukuumatu al-Islamiyyah (hal. 52):"Dan sesungguhnya yang terpenting dari madzhab kami,sesungguhya imam-imam kami mempunyai kedudukan (maqam)yang tidak bisa dicapai oleh seorang pun malaikat yang muqarrab/dekat dan tidak oleh seorangpun Nabi yang pernah diutus."

Maksudnya, imam-imam mereka itu jauh lebih tinggi daripara malaikat dan sekalian Nabi yang pernah diutus. Inilah salah satu penghinaan terbesar Khomeini kepadaseluruh Malaikat dan para Nabi semuanya (termasuk Jibril dan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam,berpegang kepada keumuman lafadz yang diucapkanKhomeini). Sangat tidak pantas seorang pemuda Ahlus Sunnah mengidolakan orang seperti ini, bahkan sampai memajang posternya di dalam kamarnya.Mereka pun meriwayatkan secara dusta atas nama Ali:Dan akulah yang menghidupkan dan memati-kan. (Syi'ahwa Tahrifu al Qur'an, hal 17).Lihatlah! Bagaimana mereka samakan Ali dengan Namruddan Fir'aun yang mengaku sebagai tuhan yang menghidupkan dan mematikan.

5. Di antara I'tiqad Syi'ah yang terpenting danmenjadi salah satu asas agama mereka adalah aqidahraj'ah, yaitu keyakinan hidup kembali di dunia inisesudah mati, atau kebangkitan orang-orang yang telahmati di dunia.Peristiwanya terjadi ketika Imam Mahdi mereka bangkitdan bangun dari tidur panjangnya yang sampai sekarangtelah seribu tahun lebih (karena selama ini iabersembunyi di dalam gua). Kemudian dihidupkanlahkembali seluruh imam mereka dari yang pertama sampaiyang terakhir tanpa terkecuali Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wa Aalihi Wasallam dan putri beliau Fatimah. Kemudian dihidupkan kembali pula musuh-musuh Syi'ahyang terdepan yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman danseluruh shahabat dan seterusnya. Mereka semua akandiadili, kemudian disiksa di depan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam karena telahmendzalimi ahlul bait, merampas imamah dan seterusnya.(Lihat kitab mereka, Haqqul Yaqin, Hal. 347).

Aqidah Raj'ah ini terang-terangan telah mendustakanisi Al-Qur'an diantaranya firman ALLAH Subhanahu waTa'ala (yang terjemahannya):"Dan di hadapan mereka (orang-orang yang telah mati)ada alam kubur sampai hari mereka dibangkitkan (yaknihari kiamat)."Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa orang yang telahmati akan hidup di alam barzakh (alam kubur) dan tidakakan hidup lagi di dunia sampai mereka dibangkitkannanti pada hari kiamat.

6. Pengkafiran kepada seluruh shahabat RasulullahShallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam, kecualibeberapa orang seperti Ali, Fatimah, Hasan dan Hushain dan..Mereka merendahkan para shahabatdengan caci maki dan laknat dalam melawan firman AllahSubhanahu wa Ta'ala yang banyak memuji para shahabatdi antaranya keridhaan Allah kepada mereka radhiallau 'anhum ajmain.

7. Taqiyyah. Berkata Mufid dalam kitabnya Tashhiihal-I'tiqaad, menerangkan pengertian taqiyah dikalanganSyi'ah:"Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupikeyakinannya, serta menyem-bunyikannya dari orang-orang yang berbeda dengan mereka dan tidakmenampakkannya kepada orang lain karena dikhawatirkanakan berbahaya terhadap aqidah dan dunianya."Ringkasnya, taqiyah adalah berdusta untuk menjaga rahasia.

Hakekat Syi'ah memang terka-dang sulitdiketahui para pengikutnya sendiri. Itu semua dikarenakan aqidah taqiyah dan kitman (sikap menjaga rahasia) yang ada pada mereka. Bahkan terkadang mereka berpenampilan seolah-olah mencintai Ahlus Sunnah, sehingga semua ini menjadikanorang-orang yang polos di kalangan Ahlus Sunnah tertipu dan terpedaya oleh mereka.Syi'ah mensyari'atkan dusta yang merupakan aqidah yangharus dipercayai dan bahkan masuk dalam rukun iman,sebagaimana disebut-kan dalam kitab mereka:"Kulani menukil dari Abdullah, ia berkata: Taq-walahatas agamamu dan berhijablah dengan "taqiyah", makasesungguhnya tidak sempurna iman seseorang apabilatidak berdusta (taqiyah). (Ushulul Kaafi hal. 483.

Al Kaafi merupakan salah satukitab pegangan pokok mereka dalam hal aqidah dan agamaSyi'ah Imamiah).Kulaini mengatakan dari Abdullah ia berkata: AdalahBapakku mengatakan: "Dan apakah yang dapat menenangkan pikiranku selain berdusta (taqiyah).

Sesungguhnya taqiyah adalah surga bagi orang yangberiman." (Ushul Al-Kaafi hal.484).Jagalah agama kalian dan lindungilah dengan taqiyah,sesungguhnya tidak beriman bagi siapa yang tidakbertaqiyah. (Al Kulani dalam Ushul Al-Kafi, I/218).

Rafidhah (Syi'ah) memandang wajibnya menggunakantaqiyah terhadap kaum Muslimin. Dengan taqiyah, seakanmereka menunjukkan iltizam-nya tehadap hukum Islam. Saling meno-long dengan dasar cinta dan kasih sayang dengan kaum Muslimin. Padahal kenyataannya merekaberlepas diri dari kaum Muslimin.Mere-ka menganggap bahwa Ahlus Sunnah lebih kafirdaripada orang-orang Yahudi, Majusi dan Musyrik.Mereka juga memandang bahwa mereka tidak mungkinbertemu dengan kaum Muslimin dalam masalah agama.Seperti yang dijelaskan oleh Ni'matullah al-Jazairi, ia berkata: "Sesungguhnya kita tidak bertemu dengan mereka atassatu ilah (sembahan), tidak pula atas satu nabi dan tidak pula atas satu imam. Yang demikian itu karenamereka mengatakan bahwasanya Tuhan mereka adalah yangmengutus Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagainabinya dan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifahnya. Sedangkan kami tidak mengatakan dengan Tuhan yangdemikian itu dan tidak pula dengan nabinya. Akantetapi yang kami katakan bahwa Tuhan yang mengangkatAbu Bakar bukanlah Tuhan kita, tidak pula nabitersebut adalah nabi kita."(Ash-Shirath al-Mustaqim Ila Mustahqi at-Taqdim,III/73).

Oleh karena itu mereka menyelisihi kaum Muslimin dalamsegala perkaranya.Menjadikan hal demikian sebagai prinsip mereka yangpaling penting, dan mereka membangun agamanya atasprinsip tersebut. Seperti yang diriwayatkan olehash-Shadiq dari Ali bin Absath, ia berkata: "Aku berkata kepada Radha 'Alaihissalaam : 'Aku memiliki masalah, tetapi aku tidak memperolehpemecahannya. Sedang di negeri tersebut tidakseseorang pun ulama kita (Syi'ah). Radha menjawab: 'Datanglah kepada ahli fiqh yang ada di negeri itu,lalu mintalah fatwa berkenaan dengan masalahmu. Tapi ambillah kebalikannya. Karena, kebenaran itu ada padakebalikan (pernyataan fatwa) tersebut." (Dikutip dari kitab mereka Al-Anwar An-Nu'maniyah II/278).Menurut Khomeini, imannya orang Syi'ah tidak sempurna kecuali bila ia telah berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Al-Hukumat al-Islamiyyah hal. 83).

Berkata Ash-Shadiq; "Ayahku berkata dalam suratnya:'Janganlah engkau bermakmum shalat kecuali pada duamacam orang. Pertama orang yang engkau percayai agamadan kewaraannya. Kedua, orang yang engkau khawatirkan pedang, kekerasan, dan kekejiannya terhadapagama-(mu). Shalatlah di belakangnya dengan carataqiyah dan berpura-pura." (Dikutip dari kitab mereka Man laa yahdhuruhual-Faqiih, I/265). Syaikh mereka Majlisi meriwayatkan dari Abi Abdillah,bahwasanya ia pernah berkata: ....... Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda:"Diperintahkan supaya bertaqiyah....." (Kitab Syi'ah, Bihar al-Anwar,XXIV/47)

Inilah kepalsuan yang sangat besar terhadap kedudukanRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan terhadapkeluarga-nya dan kerabatnya. Seandainya kita menerima bahwa ahlul bait takutterhadap para penguasa, maka siapakah yang ditakutioleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan kepada siapakah beliau pernah bertaqiyah? Padahal beliaulah yang tegak menentang kaum kafir Quraisy dan para pembesarnya. Beliau hadapi mereka, beliau selisihi agamanya serta beliau seru mereka untukberibadah kepada Allah semata. Jadi mengaitkan taqiyah kepadaNabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan keluarganyamerupakan dusta yang sangat besar.

Tuesday, June 14, 2005

Tobatnya Ayatullah `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu`i

Syi`ah tertusuk pada jantungnyua, tatkala seorang Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi`ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini. Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi`ah Imamiyah Ja`fariyah, disusul dengan bala` susulan dengan taubatnya Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu`i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al `Uzma Al Burqu`i benar-benar mengguncang Syi`ah, karena ia (Al Burqu`i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu`i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu`i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi`ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi`ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja`fariyah. Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi`ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus.
Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini.
Dia bergabung dengan jama`ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum`at serta jama`ah di Teheran, kawasan luar `Ghadzar Wazir Daftar`. Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya, Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu.
Dia menulis banyak kitab, antara lain:
Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi`ah dan menunjukkan kebatilannya.
Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi`ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman.
Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi`ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
Al Jami` Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi`ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi`ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman.
Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman.
Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd `Ala Al Muraja`at dan Tadhad Madzhab Al Ja`fari Ma`a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu`i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi`ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi`ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi`ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi`ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi`ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al `Uzma.
Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu`i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi`ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu`i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah bersama-sama, Syi`ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul BaitQ
Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan mem%@!#$& orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?!
Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi`ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka. Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti.
Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi`ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan. Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu` rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya. Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih:
Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi`in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal `aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi`ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu` (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi`ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.
Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi`i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi`ah. Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi`ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi`i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran.
Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi`ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid`ah dan ombak dhalalah.

Maraji` : Gen Syi`ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247.

Siapakah Al Imam Ja`far Ash Shadiq?

Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.
Mereka menukil dari Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan) atau dhaif atau maqthu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain. Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad, karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui dan dan membenarkan hal ini bahwa mereka menerapkan ilmu al jarh wa at ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash Shadiq, mereka menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat, hingga pada akhirnya mereka pada perubahan dan penggantian ayat-ayat Al Qur-an.
Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Ja`far. Padahal para ahli ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
Kitab Rasail Ikhwan Ash Shafa. Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga hijriyah (321 H - 447 H). Sementara Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak bagi Ja`far Ash Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Kitab Al Ja`far, yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
Kitab Ilm Al Bithaqah.
Kitab Al Jadawil atau Jadawil Al Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
Kitab Al Haft.
Kitab Ikhtilaj Al A`dha.
Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah, Tafsir Al Qur-an, Manafi` Al Qur-an, Qira`ah Al Qur-an fi Al Manam, Tafsir Qira`ah As Surah fi Al Manam dan Al Kalam `ala Al Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini adalah kitab-kitab Ja`far Ash Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash Shufi Ath Tharthusi Al Kimai (200 H). Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan amanahnya. Dia memang menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Ja`far Ash Shadiq melainkan Ja`far Al Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad sementara Ja`far Ash Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang telah dinasabkan kepada Ja`far Ash Shadiq ini.
Sekapur Sirih Tentang Kehidupan Ja`far Ash Shadiq
Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Begitu pula ia adalah keturunan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Ja`far Ash Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Dia dilahirkan di Madinah tahun 80 H dian wafat tahun 148 H dalam usia mendekati 68 tahun. Dia wafat di tempat dia dilahirkan yaitu Madinah. Dia meninggalkan tujuh putra: Ismail, Abdullah, Musa Al Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan Fathimah.
Dia benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal dari diri Ja`far selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu digelar ash shadiq. Dia juga digelari al imam oleh ahlus sunnah karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Ja`far menimba ilmu dari para sahabat besar seperti Sahl bin Sa`ad As Sa`idi dan Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan dari ulama tabi`in seperti Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab Az Zuhri, Urwah bin Az Zubair, Muhammad bin Al Munkadir, Abdullah bin Abu Rafi` dan Ikrimah Mawla bin Al Abbas Radhiyallahu anhuma.
Diantara murid-muridnya adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri, Syu`bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak memuji dan menyanjung.
Ja`far Ash Shadiq termasuk orang yang sangat mencintas kakeknya Abu Bakar Ash Siddiq dan juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat mengagungkan keduanya karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.
Ja`far juga membenci Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,
Sesunggunya kalian insya Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar maka aku berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka dia berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam pada hari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya.` Ucapan imam Ash Shadiq seperti ini dia ucapkan dihadapan bapaknya, Imam Muhammad bin Ali Al Baqir dan dia tidak mengingkarinya. (Tarikh Al Islam 6/46)
Hafsh bin Ghayats murid dari Ash Shadiq berkata, Saya mendengar Ja`far bin Muhammad berkata, `Aku tidak mengharapkan syafaat untukku sedikit pun melainkan aku berharap syafaat Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua kali`.
Sebagaimana murid Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa-is Al Mulai mengatakan, Saya mendengar Ibnu Muhammad (Ash Shadiq) berkata, `Allah ta`ala berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar`. (Syiar Alam An Nubala : 260).
Zuhair bin Mu`awiyah berkata, Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad, `Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara` (berlepas diri) dari Abu Bakar dan Umar`. Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah berbara` dari tetanggamu itu, demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar. Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit) maka aku berwasiat kepada pamanku (dari ibu) Abdurrahman bin Al Qasim. (At Taqrib, Ibnu Hajar, Tarikh Al Islam, Adz Dzahabi).
Semua teks ini adalah dari Ja`far Ash Shadiq, secara jelas menjelaskan kecintaanya kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta taqarrubnya kepada Allah dengan wasilah mahabbah dan wala` tersebut. Juga menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` kepada yang bara` dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah agar Allah memutus segala Rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.

Maraji`: Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah

Abdullah bin Saba` Tokoh Fiktif?

Oleh Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam

Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu dielu-elukan oleh orang syi`ah modern dan orang orentalis, agar mereka bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah.
Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan Abdullah bin Saba, sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya :
1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, yang teksnya: Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali `alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba. Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk San`a, seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al Madain….Ref : Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971) hal : 22, 23.
2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr, Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : Wahai Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain Ref : Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbu`ati `athani, Teheran 1963.
3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat barita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalu ia menyebutkan satu contoh, yaitu bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuh puluh saksi atas kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi.Ref : Firaqus Syi`ah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931.
4) AL Kisysyi mencantumkan (dari tokoh-tokoh abad ke empat) beberapa riwayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya, dan ini sebagiannya: Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al Qummi, ia berkata : telah menceritakan kepada saya Sa`ad bin Abdillah bin Abi Khalaf Al Qummi, ia berkata telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin Abdillah bin Sinan telah berkata : telah menceritakan kepada saya Abu Ja`far Alaihis Salam : sesungguhnya Abdullah bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam, sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata : Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya : Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebanaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata : syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu.Ref : Al Kisysyi : Rajalul Kasysyi hal : 98, 99, Ma`rifatu Akhbaarir Rijaal (al mathba`ah al musthafawiyah 1317) hal : 70.
5) Abu Hatim Ar Razi (322H) (bukan Abu Hatim Sunni karena ia meninggal th 277 H) menyebutkan bahwasanya Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikuti perkataannya dari kalangan As Sabaiyah, adalah mereka mendakwakan sesungguhnya Ali adalah Tuhan dan beliau menghidupkan orang mati, dan mendakwakah menghilangnya Ali setelah meninggal dunia dan berhenti sebatas itu… Ref : Az Zinah Fil Kalimaatil Islamiyah Al `Arabiyah, hal : 305. ditahqiq oleh DR. Abdullah bin Salum As Samiraai (terbitan Daarul Huriyah litaba`ah, di baghdad 1392 H / 1972).
6) Berkata syeikh golongan ini : Abu Ja`far Muhammad bin Al Hasan at Thuusi (460 H) tentang Ibnu Saba, bahwa sesungguhnya ia telah kembali kepada kekafiran dan menampakkan pujian yang melampaui batas, kemudian ia menukilkan di kitabnya Tahdziibul Ahkaam sikap Ibnu Saba dimana ia menantang Ali dalam mengangkat kedua tangan ke langit.Ref : At Thuusi Tahdziibul Ahkaam (diterbitkan oleh Darul Kutub Al Islamiyah / Teheran, cetakan ke dua) dita`liq oleh Hasan AL Musawi, 2/322.
7) Al Hasan bin Ali Al Hulliy (726 H) menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).Ref : Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah / An Najfah 1392 H) : 2/71.
8) Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mu`tazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syi`ah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nas (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam.Ref : Tabaqatul Mu`tizilah (diterbitkan oleh Faranz Syatain / cetakan Al Katolikiyah / Bairut hal : 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal : 5.
Ini adalah sebagian kecil dari nash-nash yang dikandung oleh buku-buku syi`ah dan riwayat-riwayat mereka tentang Abdullah bin Saba, dan saya sebutkan di riwayat-riwayat di atas tanpa komentar karena nas itu sendiri sudah cukup untuk memberikan apa yang kita maksudkan di sini, nas-nas itu boleh dikatakan dokumen-dokumen tertulis yang membantah orang-orang dari kalangan syi`ah belakangan ini yang berusaha untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba dan meragui kabar beritanya, dengan dalih sedikitnya berita atau lemahnya sumber-sumber yang menceritakan.
Saif bin Umar At Tamimi
Menurut orang Syi`ah modern Abdulah Bin Saba` hanyalah tokoh fiktif ciptaan Saif bin Umar Tamimi yang disebut pertama kali dalam bukunya berjudul al-Futuh al Kabir wa ar Riddah dani al-jamal wamasiri Ali wa Aisyah (170 H). Mereka juga mengatakan bahwa keberadaan Abdullah bin Saba` ini adalah fiktif, dikarenakan hanya bersumber dari satu orang yaitu Saif At-Tamimi, yang dinilai cacat (oleh ahli jarh wa ta`dil). Tertolaknya riwayat tentang Abdullah bin Saba` bukan hanya karena dalam jalur periwayatannya terdapat Saif At-Tamimi, melainkan bahwa Saif At-Tamimi merupakan sumber tunggal tentang cerita keberadaan Abdullah bin Saba` yang dengan predikat semacam itu maka sudah semestinya setiap kisah dari Saif At-Tamimi tidak bisa dipercaya, baik dalam wacana syari`at maupun tarikh.
Perkataan tentang Saif bin Umar At Tamimi tersebut seakan mereka sedang berusaha untuk menegakkan benang basah, dengan dalih Saif bin Umar At Tamimi haditsnya tidak bisa diterima, maka saya katakan:
Kalau seandainya yang anda cantumkan dari perkataan ulama jarh wa ta`dil tentang Saif bin Umar at Tamimi, bahwa lemah dan haditsnya tidak bisa diterima maka pembicaraan anda terfokus pada Saif bin Umar At Tamimi yang berkapasitas sebagai muhadits (ahli hadits dan yang meriwayatkan hadits). Tapi apa gerangan perkataan ulama tentang dia sebagai orang yang berkapasitas Ahli sejarah, marilah kita kembali ke buku-buku rijal (jarh wa ta`dil):
Berkata Adz Dzahabi : adalah ia sebagai ahli sejarah yang mengetahui (Mizan `Itidal : 2/255).
Berkata Ibnu Hajar : Lemah dalam Hadits, pakar (rujukan) dalam sejarah (Taqriibut Tahdziib no 2724).
Dangan ini habislah lemah dan ditinggalkan yang dinisbatkan ke diri Saif sebab perkataan itu ditujukan dalam segi Hadits bukan dalam segi sejarah. Inilah titik pembahasan kita.
Perlu diketahui, kita harus membedakan antara meriwayatkan hadits dengan yang meriwayatkan sejarah (kisah), maka atas yang pertama (riwayat hadits) hukum-hukum dibangun dan ditegakkan, dilaksanakannya hudud, maka ia berhubungan langsung dengan pokok syariat agama yaitu sunnah nabi, dan sinilah ulama selalu sangat hati-hati menentukan syarat-syarat orang yang akan diambil riwayatnya. Berbeda halnya dengan riwayat sejarah (kisah), walaupun tak kalah penting -apalagi dalam mengisahkan sejarah sahabat- akan tetapi tidak melahirkan hukum-hukum yang lazim dari ajaran agama, karena perkataan seseorang itu bisa dipakai dan dibuang kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi) sebagaimana kata Imam Malik. Sebab semua perkataan nabi menjadi syariat bagi kita, semua yang shahih harus diambil dan tidak boleh ditinggalkan.
Sebagai argumen yang memperkuat perkataan kita bahwa Saif bin Umar at Tamimi ini adalah umdah, pokok, dan tempat bersandar dalam masalah sejarah, diantaranya:
1) Bahwa Imam Thobari menukil darinya kejadian-kejadian fitnah lebih banyak daripada yang lain, sampai-sampai ia berpatokkan kepadanya. (lihat At Thobari :4/344).
2) Kemudian Adz Dzahabi menjadikan Saif adalah salah satu sumber yang dipegangnya dalam kitabnya Tarikhul Islam. (lihat tarikhul Islam : 1/14,15).
3) Adapun Ibnu Katsir ia lebih cenderung untuk menshahihkan riwayat Saif dalam kronologi terbunuhnya Utsman, walaupun ia mencatumkan lebih dari satu riwayat dalam bab itu, perlu diketahui bahwa di bab itu ada riwayat Khalifah bin Khayat (salah seorang guru Bukhari) dan riwayatnya lebih kuat dari riwayat Saif. (lihat bidayah wan nihayah : 7/203).
Dari pandangan ahli sejarah yang terdahulu kita meninjau pendapat ahli sejarah masa kini tentang Saif bin Umar At Tamimi :
Muhibbuddin Al Kahthib berkata tentang Saif : …. Dan beliau adalah ahli sejarah yang paling mengetahui tetang sejarah Iraq
Dan darinya dari guru-gurunya ia berkata : dan ia orang yang lebih mengetahui dari kalangan ahli sejarah tetang kejadian di Iraq.
Berkata Ahmad Ratib `Armusy : dan jelas dari referensi buku-buku biografi, bahwa sesungguhnya Saif tidak termasuk perowi hadits yang diandalkan (dipercayai), akan tetapi pengarang-pengarang buku biografi itu sepakat bahwa dia adalah pakar / pemimpin dalam sejarah, bahwasanya dia itu adalah ahli sejarah yang mengetahui, dan sungguhn At Thobari telah bersandar kepadanya dalam kejadian-kejadian di masa permualaan Islam. (lihat buku Fitnah wa waqi`atul Jamal, hal : 27)
Adapun Dr. Ammar At Tholibi mengisyaratkan bahwa Saif adalah termasuk ahli sejarah yang terdahulu, karena ia meninggal pada zaman pemerintahan Ar Rasyid (193 H) setelah tahun 170 H. dan dari segi lain ia merupakan rijal Tirmizi (279 H) -orang-orang yang melaluinya Tirmizi meriwayatkan hadits-, dan ia (Tirmizi) belum menyanggah riwayatnya akan perowi lain. Dan tidak seorangpun dari kalangan ahli hadits dan ahli sejarah yang membantah khabarnya (riwayatnya) khususnya berhubungan dengan Ibnu Saba. (lihat buku : Araa` Khawarij : 77).
Kita tambahkan lagi di sini bahwa sesungguhnya orang-orang yang menghukum Saif itu lemah (dalam hadits), dan berbicara tentang dirinya, mereka meyebutkan Ibnu saba, dan mereka tidak mengingkarinya, seperti : Ibnu Hibban (Al Majruhiin 1/208 dan 2/253), Adz Dzahabi (Al Mughni fi Du`afaa` 1/399 dan di Mizanul `Itidal 2/426) dan Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/290).
Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba, bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah terdahulu yang menjadi pegangan mereka. Dan sesungguhnya orang yang berusaha mengkaburkan dan mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba, sama dengan orang yang mengingkari cahaya matahari pada siang bolong yang terang benderang. Dan sama dengan orang yang mengingkari keberadaan Khumaini celaka yang telah meninggal

Friday, June 10, 2005

fatwa-fatwa sesat syiah rafidhoh

Mereka adalah penyebab terciptanya langit dan bumi
Langit dan bumi diciptakan untuk Ali begitu juga Shiratal Mustaqim, pintunya dan tali penghubung antara Allah dan hamba-hambanya seperti para Rasul Nabi , para Haji dan para wali, (Al Wafi 8/224).
Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi ini dan menyerahkan pengelolaannya kepada Ali dan keluarganya. Mereka dapat menghalalkan dan mengharamkan apa saja yang mereka kehendaki, karena kehendak mereka adalah kehendak Allah (Al Kaafi /365).
Dunia dan akhirat itu milik imam, dia bebas memberikannya pada siapa saja, (Al Kaafi 1/337).
Mereka beranggapan bahwa para imam itu. Bahwasanya Allah memandangi para penziarah kuburan Husain pada sore hari Arafat sebelum melihat pada jamaah haji yang sedang wukuf. Abu Abdillah berkata : “karena di arafah terdapat anak haram sedangkan di kuburan Husein tidak ada anak haram di sana (karena selain syiah adalah anak haram ) Kitab Al Wafi jilid 2 - juz 8 hal 222. Maksud anak zina bagi syiah adalah kaum muslimin selain pengikut Syi’ah.
Bahkan dalam Al Kafi jilid 8 hal 285 : Setiap orang adalah anak zina kecuali Syiah. Dalam tafsir Ayyasyi jilid 2 hal 218 dan Al Burhan jilid 2 hal 139 : setiap anak yang lahir di tunggui oleh iblis ,bila yang lahir itu berasal dari kelompok Syiah maka terjaga dari iblis, bila bukan dari kelompok Syiah maka syetan meletakkan jari-jarinya pada lambung belakang anak laki-laki agar kelak menjadi orang tercela dan bila kelamin perempuan agar kelak menjadi pelacur.
Taat kepada Ali lebih penting dari pada taat kepada Allah.
Dalam mukadimah tafsir Al Burhan tercantum : bahwa Allah berfirman Ali bin Abi Tholib adalah hujjahKu di atas ciptaan-Ku. Saya tidak akan memasukkannya ke neraka siapa yang memberikan haknya walau dia mendurhakai-Ku dan tidak akan saya masukkan surga orang yang mengingkarinya walau ia taat pada-Ku (Al Burhan hal 23).
Tak ada yang mengumpulkan al quran kecuali para imam
Alquran diturunkan terdiri dari 17 ribu ayat (Al Kafi 2/463). Al Majlisi dalam Mir’atul Uqul mengatakan bahwa riwayat ini terpercaya.
Para imam itu lebih utama dari para Nabi Allah. Derajat mereka lebih tinggi daripada para Malaikat, Nabi, Rasul.
Para Imam memiliki kedudukan mulia dan kekuasaan atas makhluk, seluruh atom di alamini tunduk pada mereka. Posisi ini tidak dicapai oleh malaikat maupun para Nabi. Kitab Al Hukumah Al Islamiyah karangan Khomeini halaman 52.
Allah telah mengusapkan tangan kanannya pada keluarga Ali dan memberikan cahayanya pada mereka
Tak ada keselamatan kecuali kalian wahai keluarga ali, tidak ada tempat selain dari kalian wahai mata Allah yang melihat (Biharul Anwar : 94/37).
Kalian adalah kesembuhan utama dan obat yang menyembuhkan bagi yang meminta kesembuhan pada kalian. Biharul Anwar jilid 94 hal 33.
Para Nabi bertawasul pada para imam dalam berbagai doa dan permintaan mereka. Ketika nabi Nuh hendak tenggelam, ketika Nabi Ibrahim dilempar ke api, Nabi Musa hendak menyeberangi laut, Nabi Isa akan dibunuh oleh orang Yahudi semuanya bertawasul dengan para Ahlul Bait untuk keselamatan mereka (Biharal Anwar 26/325 Wasa’ilusyi’ah jilid 4 hal 1134).
Majlisi berkata : Allah hanya disembah, dikenal dan diesakan dengan perantaraan para Imam. Biharul Anwar jilid 23 hal 103.
Para imam berkata apabila kalian punya keinginan kepada Allah tulislah sebuah tulisan pada sesobek kertas dan letakkan pada salah satu kuburan keluarga Ali atau bungkus dan masukkan sedikit tanah yang bersih dan letakkan di sebuah sungai, sumur yang dalam atau oase padang pasir, pasti akan sampai pada Mahdi kemudian akan dia sendiri yang mengkabulkan apa yang akan menjadi kehendakmu (Biharal Anwar 94/29).
Komentar : berarti Majlsi berpendapat bahwa yang mengabulkan doa dan permohonan manusia bukanlah Allah tapi Mahdi Alaihissalam.
Beberapa contoh tulisan
Barang siapa berdoa kepada Allah dengan perantara Ahlul Bait maka akan mendapatkan keuntungan dan sebaliknya sampai para Nabi pun terkabulkan karenanya apabila bertawasul dengan Imam Ahlul Bait (Biharul Anwar : 23/103).
Nabi Yunus dimakan ikan paus hanya karena dia mengingkari Imamah Ali bin Abi Tolib, setelah dia percaya maka dikeluarkan oleh Allah. Biharul Anwar jilid 26 hal 333.
Karena perantaraan Imam pohon bisa berbuah dan buah masak di pohon. Karena perantaraan merekalah sungai mengalir, karena mereka pula hujan turun dari langit dan rumput tumbuh di permukaan bumi. Jika tidak ada para imam niscaya Allah tidak akan disembah. Al Kafi jilid 1 hal 112.
Para Imam adalah Sholat yang diperintahkan oleh Allah. Dalam Al Kafi diterangkan mengenai makna Ayat dalam surat Al Mudatsir ayat 42-43 bunyinya:
Artinya : "Apa yang membuat kamu masuk dalam neraka saqor? Kita di dunia tidak pernah menunaikan sholat."Maknanya adalah : kita tidak mengakui keimamahan Ali dan para Imam dari keturunannya. Kita dulu tidak menjadi pengikut para Imam. Al Kafi jilid 1 hal 347-360.
Barang siapa mengenal para imam berarti beriman dan barang siapa mengingkari maka kafir (Al Kafi 1/144).
Sesungguhnya sayalah (Ali) yang ditugasi membagi masuknya orang ke surga dan neraka (Al Kafi : 1/ 153).
- Dunia dan akhirat adalah milik Imam, terserah, mau diberikan sama siapa saja itu terserah pada para Imam (Al Kafi 1/337). Mereka yang menguasai kunci kekayaan yang ada di bumi, kapan saja boleh mengeluarkan emas-emas yang ada di dalam tanah itu (al Kaafi 1/394).
- Diperbolehkan Towaf pada kubur Nabi dan kubur para Imam (Al Kafi jilid 1 hal 287).
Minta pertolongan, perlindungan, basmallah, selain Allah tidak dilarang.
Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka , mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi kemudian.(Al Kafi jilid 1 hal. 204) ciptaan Allah dan yang akan diciptakan.
Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka dia bukan Imam(Al Kaafi 1/225).
Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada keluarga Nabi dengan perantara Jibril as” (Al Kaafi 1/330).
Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as ia sedang duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih bayi,dia berbisik-bisik dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam hingga mereka berdua selesai berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya, lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada tuanmu berikan salam padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak) menjawab dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama anak perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah. Kemarin aku meberi nama anakku dengan Humaira’[1] (Al Kaafi 1/247).
Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin tahu jika tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan kemurtadan. Karena oarng yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu setelah Nabi adalah kafir. Ingat perang Riddah, Abubakar Assiddiq memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku mendapat wahyu. Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang budak dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama Muhammad ibnu Hanafiyah.
Mereka di ajarkan hal-hal yang ghoib dari Allah
Sementara Para imam mengetahui seluruh perkara ghoib, tapi menurut mereka Allah tidak meiliki ilmu secara mutlak , tapi Syi’ah berpendapat bahwa Allah bias saja mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Setelah Musa Al Kazim wafat, Allah emngetahui hal baru yang tidak diketahui oleh Allah sebelumnya Allah tidka pernah disembah dan diagungkan seperti ketika dikatakan bahwa Allah memiliki sifat kebodohan seperti ini(Al Kaafi jilid 1 hal 113).. Karena jika Ilmu Allah itu mutlak maka Dia Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi kemudian. Dalam Al Kafi jilid 1 hal 263 dikatakan : Allah mengetahui sesuatu yang baru tentang Abu Ja’far yang sebelumnya(Allah) tidak tahu.
Ini berarti Allah bukan Maha Tahu, krn jika Maha Tahu, pasti mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang baru diketahui oleh Allah.
Seorang Imam tidak akan wafat sebelum mengetahui siapa penggantinya. (Al Kafi jilid 1 hal 218).
Para Imam mengetahui seluruh yang telah terjadi dan yang belum terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka. Inilah perbedaan antara Imam dan Nabi,para Nabi mengetahui kejadian yang lampau dengan wahyu Allah dan tidak mengetahui masa depan kecuali yang diwahyukan dari Allah saja.
Para imam mengetahui kapan mereka mati, merka tidak mati kecuali atas kehendak mereka sendiri.
Diperbolehkan meminta pada selain Allah pada saat saat genting.
Kita dilarang mengatakan bahwa Allah memiliki tangan, memiliki wajah, tapi boleh saja mengatakan bawha Ali bin Abi Tolib adalah wajah Allah.
Dari Abi Abdilah ia berkata : “ lalu diperlihatkan api neraka pada mereka, lalu berkata, “masuklah kalian ke neraka dengan izinku!”. Orang pertama yang masuk neraka adalah Muhammad SAW, kemudian di ikuti oleh para Ulul Azmi, para pewaris dan pengikutnya, lalu dia berkata pada manusia golongan kiri (Ashabusyimal) masuklah ke neraka dengan ijin saya, mereka menjawab ya Tuhan apakah kau ciptakan kami untuk dibakar, ia berkata kepada Ashhabul Yamin keluarlah kalian dari neraka atas ijinku. Api Neraka tidak sedikitpun melukai mereka(Al Kaafi 2/9).
Para sahabat sama merubah Al Qur’an dan melakukan konspirasi.
Hafshah dan Aisyah telah meracuni Rasulullah dan mengumpulkan uang lalu membagi-bagikan pada orang-orang yang membenci Ali. Penduduk Makah dengan terang-terangan menentang Allah. Penduduk Madinah lebih jelek dari penduduk Makah 70 kali (Al Kaafi 2/301).
Dikatakan juga bahwa bangsa Romawi itu lebih baik dari bangsa Syam karena orang Romawi kafir namun tidak memusuhi Ahlulbait sedang orang Syam kafir dan memusuhi kita (Al Kaafi 2/301).
Penghuni Bungker yang dimulyakan Allah.
Imam Mahdi yang bersembunyi dalam Sirdab seharusnya disebut “imam dalam pengasingan” seperti pemerintahan dalam pengasingan, yang memerintah sebuah negeri dari luar negeri tersebut.
Penafsiran yang menyesatkan
Dari Jabir dari Abi Abdillah as tentang penafsiran firman Allah:
Bahrain; dua laut, yang bermaksud adalah Ali dan Fatimah
Ali tidak mendholimi Fatimah dan sebaliknya.
Al Hasan dan Al Husain As

[1] Humaira’ adalah nama panggilan Aisyah istri Nabi.

fatwa-fatwa sesat syiah rafidhoh

Kepercayaan memakan debu dan kerikil kuburan Husain
Abas Alqummi berkata : “para ulama melarang memakan debu dan tanah kecuali yang berasal dari kuburan Husain. Sebatas untuk pengobatan bukan untuk menikmati dan ini hanya sebatas biji kecil, lalu diletakkan dimulut dan ditelan dengan air secukupnya sambil berdoa ya Allah berikan rizqi yang luas yang bermanfaat dan disembuhkan dari berbagai penyakit (Mafatihul Jinan 547)
Saya takut rizki yang luas itu berupa sakit keras dan batu-batuan itu merusak ginjal.
Khasiat debu seperti madu
Tanah pusara Husain menurut kepercayaan mereka berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit, dan menghilangkan rasa takut, bila diminum orang yang sakit akan menjadi sembuh, bila diletakkan bersama jenazah dalam liang lahat maka dia akan aman dari siksaan kubur, bila dibawa seseorang dan dimain-mainkan maka dia mendapatkan pahala orang yang bertasbih, karena tanah itu dapat bertasbih sendiri(Biharul Anwar 11/118/140 Amali Tusi 1/326 Wasa’ilusyi’ah 10/415 )
Abu Abdullah berkata: sesungguhnya Allah telah menjadikan debu kakekku Husain suatu obat dari segala penyakit dan menghilangkan rasa takut, jika salah seorang kalian memegangnya, maka hendaknya dicium, diletakkan di matanya dan menyapu dengan debu itu seluruh badannya sambil berdoa : Ya Allah, dengan hak tanah ini dan Hak yang tinggal di dalamnya (Amali Tusi 1/326)
Seperti orang Nasrani
Suatu ketika istri Amiril Mukminin datang dan berkata Sambil menangis : “Wahai Amiril mukminin sesungguhnya saya telah berzina, maka bersihkanlah saya” Ali pun berkata dengan suara keras, wahai para manusia sesungguhnya Allah telah menjanjikan para Nabi dan Nabi menjanjikanku untuk melarang orang yang terkena hukuman untuk melakukan hukum cambuk , dan barang siapa punya kesalahan seperti perempuan ini maka jangan ikut mencambuk. Maka seluruh manusia yang berkumpul di situ pergi meninggalkan tempat selain Ali, Hasan dan Husein, lalu mereka bertiga menghukum cambuk perempuan itu. Kulaini berkata : termasuk yang iktu pergi adalah Muhammad bin Ali bin Abi Tolib. Al Kafi jilid 7 hal 178.
Hal ini sama seperti yang tercantum dalam P. Baru: Yohanes: 88:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Hamil dan melahirkan secara luar biasa
Imam Hasan Askari berkata : “sesungguhnya kami para penerima wasiat Imamah tidaklah dikandung didalam perut melainkan di pinggang dan tidak dilahirkan lewat rahim melainkan lewat paha sebelah kanan karena kami titisan cahaya Allah yang bersih dan tidak terkena kotoran sama sekali”. (Kamaluddin 390, 393 Biharul Anwar jilid 51 hal 2, 13,17, 26 , Itsbatul Hudat jilid 3 hal 409,414 I’lamul Wara hal 394 Dala’ilul Imamah 264).
Komentar: betapa mirip hal ini dengan keyakinan Nasrani tentang kehamilan yang suci.
Kepercayaan tentang sebuah penebusan :
Umar bin Yazid berkata : “Saya berkata pada Ali Abdillah As. Tentang firman Allah Saw (Allah hendak mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang)” Surat Al Fath ayat 2.
Ia berkata : “Dia tidak berdosa dan tidak pernah berniat untuk berbuat dosa, tapi Allah membebankan dosa-dosa mereka pada Nabi, kemudian Allah mengampuninya” (Biharul Anwar 17/76).
Mirip sekali dengan kepercayaan Nasrani mengenai penebusan dosa.
Musa Al Kazim mencegah kemarahan Allah
Musa Al Kazim berkata : “ sesungguhnya Allah murka pada kaum Syiah. Kemudian Allah menyuruh saya memilih diri saya ataukah mereka, Maka demi Allah, aku selamatkan mereka dari kemurkaan Allah (Al Kafi 1/260).
Para imam adalah Asma’ul Husna
Para imam adalah Asma’ul Husna(Nama Allah yang Mulia) mereka adalah lidah Allah, Wajah Allah, Mata Allah, Pinggang Allah, merekalah tangan Allah yang serba bisa. Al Kafi jilid 1 hal 113
Fatimah adalah Tuhan yang berwujud seorang wanita
Amiril Mu’minin berkata : “Fatimah bukan wanita biasa melainkan seorang wanita titisan Tuhan. Tapi dia memiliki sifat manusia seutuhnya. Ia adalah Wanita dari kerajaan besar yang menampakkan diri dengan wujud manusia bahkan dia adalah eksistensi tuhan yang berwujud seorang perempuan. (Al Wasilah ilallah karangan Ibrahim Al Ansari hal-7)

fatwa-fatwa sesat syiah rafidhoh

Batasan aurat
Karaki berkata bila kamu menutup kemaluanmu maka benar-benar telah menutup aurat (Al Kaafi 6/501 Tahdzibul Ahkam 1/ 374), sedangkan pantat, yang diangap aurat adalah lobang dubur, bukan dua pantat, dan paha juga bukan termasuk aurat.
Shodiq AS berkata “paha tidak termasuk aurat”, bahkan Imam AL Baqir As telah mengecat auratnya dan membalut lubang kemaluannya (Jamial Maqosid Lilkaraki 2 / 94. Al Mu’tabar karangan Al Hulli 1 / 222 Muntaha Tolab 1/39, Tahrirul Ahkam1/202,semuanya karangan Al Hulli Madarikul Ahkam 3/191)
Abu Hasan Al Madhi : “bahwa aurat itu hanya ada dua yaitu lubang depan dan lubang belakang, lubang belakang sudah ditutup oleh pantat, apabila kamu telah menutup keduanya maka berarti telah menutup auratnya, karena selain itu bukan tempat najis, maka bukanlah aurat, seperti betis”.( Al Kaafi 6 / 51, Tahzibul Ahkam 1/374 Wasa’ilusyiah 1/365 Muntaha Tolab 4/269 Al Khilaf karangan Tusi 1/396).
Dari Abu Abdullah As berkata: “ paha tidak termasuk aurat” (Tahdhibul Ahkam 1/ 374, Wasa’ilusyiah jilid 1 hal 365).
Kotoran para imam menyebabkan masuk surga
Kotoran dan air kencing para imam bukan sesuatu yang menjijikan dan tidak berbau busuk, bahkan keduanya bagaikan misik yang semerbak. Barang siapa yang meminum kencing,darah dan memakan kotoran mereka maka haram masuk neraka dan wajib masuk surga (Anwarul Wilayat Liayatillah Al Akhun Mulla Zaenal Abidin Al Kalba Yakani : th 1419 halaman 440).
Kentut dari imam bagaikan bau misik.
Abu Jafar berkata : “ciri-ciri Imam ada 10:
- Dilahirkan sudah dalam keadaan berkhitan.
- Begitu menginjakkan kaki di bumi ia mengumandangkan dua kalimat syahadat.
- Tidak pernah junub.
- Matanya tidur hatinya terbangun.
- Tidak pernah menguap
- Melihat apa yang di belakangnya seperti melihat apa yang di depannya.
- Bau kentut dan kotorannya bagaikan misik.
(Al Kaafi 1/319) Kitabul Hujjah Bab Maulidul Aimmah)
Khumaini memperbolehkan menyodomi istri-istri.
Dalam kitab Tahrirul Wasilah hal 241- masalah ke 11. Khumaini berkata : “pendapat yang kuat dan terkenal adalah diperbolehkan menyetubuhi istrinya lewat lubang belakang walaupun hal itu sangat dibenci”, Rasulullah bersabda : terkutuklah orang yang menyetubuhi istrinya lewat belakang.”
Meminjamkan istri
Diriwayatkan oleh Thusi dari Muhamad bin Abi Jafar berkata dihalalkan bagi saudaranya Farji istri-istrinya ia berkata boleh-boleh saja boleh bagi temannya seperti bolehbagi suami terhadap istri sendiri. (Kitabul Istibhsor 3/136)
Diperbolehkan menyetubuhi bayi.
Khumaini berkata : “Semua bentuk menikmati, seperti meraba dengan penuh syahwat, memeluk , dan adu paha boleh walaupun dengan bayi yang sedang menyusui”. Tahrirul Wasilah 2/216.
Alkhui : ia memperbolehkan seorang laki-laki memegang-megang atau bermain dengan aurat laki-laki lain atau wanita bermain dengan alat kelamin wanita lain bila sebatas gurau dan canda sebatas tidak menimbulkan syahwat. Sirotunnajah fi Ajwibatil istifta’at jilid 3

Thursday, June 09, 2005

Nahjul Balaghoh

Tulisan berikut ini akan melumpuhkan penghinaan Syi`ah terhadap sahabat Rasulullah shalallahu `alaih wasallam dengan kitab mereka sendiri:
Nahjul Balagghoh., Cetakan Dar-Al-Kitab-Beirut 1387H
Tahqiq:Shubhi Shalih.
Inilah Ali Radhiyallahu `anhu, beliau mencaci dan menjelekkan Syi`ah dan memuji para sahabat Rasulullah.Beliau berkata pada hal 143:
"Sungguh saya telah melihat para sahabat Muhammad , tidak satupun diantara mereka yang mirip dengan kamu!Mereka dipagi hari rambutnya kusut dan wajahnya penuh debu, karena semalaman telah sujud dan ruku`, dengan bergantian antara dahi dan pipi mereka, mereka berdiri seakan-akan diatas bara api karena mengingat hari kebangkitan mereka! Sepertinya diantara mata mereka ada guratan-guratan keteduhan (kekhusuan)
karena lamanya sujud! Jika disebut nama Allah berderailah air mata merekahingga membasahi dada mereka, mereka menunduk bagaikan pohon yang diterpa angina yang kencang, itu semua karena takut adzab dan mengharapkan pahala"
Begitulah Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib memuji sahabat Rasulullah dengan sanjungan yang sangat indah. Sementara itu Ali mencelasyi`ahnya (pendukungnya) dengan celaan yang sangat buruk, setelah sekali lagimemuji sahabat Rasulullah .Ia berkata pada hal 91,92 , masih di Nahjul Balaghoh:"Sungguh kita bersama-sama Rasulullah SAW , dibunuh anak-anak kami,cucu-cucu kami, saudara –saudara dan paman-paman kami. Hal itu tidak membuat kami melainkan semakin menambah iman dan kepasrahan.Kita melewati jalan yang jelas, sabar diatas kepahitan dan kepedihan dalam jihad melawan musuh. Adalah perang tanding antara seorang dari kita dan seorang dari musuh, keduannya bertanding bagaikan dua hewan jantan yang tangguh,terkadang dari kita yang jatuh terkadang dari musuh, maka tatkala Allah melihat kesungguhan dan kejujuran kita,Allah menurunkan kekalahn dipihak musuh dan kemenangan dipihak kami, hingga Islam menjadi kokoh dan mantap kuat menancap.Demi Allah, seandainya kita melakukan seperti apa yang kalian lakukan , tentu tiang agama ini tidak pernah akan tegak dan batang iman tidak akan menghijau.Demi Allah kalian akan memerah darah dan mengakhiri dengan penyesalan"Ini adalah bunyi kitab mereka sendiri! Ya Allah saksikanlah!Ali Radhiallahu `anhu menambahkan kesedihannya atas kepergian sahabat pada halaman 177,178:" Manakah kaum yang diajak kepada Islam lalu menerimanya, yang membaca Al-Qur`an dan merincinya, yang diseru kepada perang lalu berhamburan maju sambil menghunus pedang, mengambil ujung-ujung bumi dengan menyerbu dan merapatkan barisan, sebagian gugur dan sebagian selamat. Mereka tidak merasa gembira dengan yang hidup dan tidak bersedih dengan yang mati,terkadang mereka pucat karena tidak tidur malam, diatas wajah mereka ada debu-debu orang yang khusu`. Mereka itulah saudara-saudaraku yang telah pergi. Sungguh pantas merindukan mereka dan menggigit jari atas kepergiannya"Ali menyebut kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka pada hal.383:"Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah bahwa orang-orang yang bertakwa telah pergi membawa dunia yang fana dan akhirat yang abadi. Mereka menyertai ahli dunia dalam dunia mereka, tetapi tidak menyertai mereka dalam upah mereka. Mereka telah tinggal didunia sebaik-baik (tingkah laku) yang dikenal dunia, dan memakan dari dunia dengan sebaik-baik (sikap) yang dikenal duniaMereka telah mendapatkan dunia sebagaimana yang didapatkan oleh orang-orang mewah dan mengambil dari padanya apa yang diambil oleh penguasa yang sombong, kemudian mereka berpaling dari dunia, cukup dengan bekal yang mengantarkan ke akhirat, dan dengan perniagaan yang menguntungkan. Mereka merasakan lezatnya zuhud didunia dan meyakini bahwa mereka akan berdekatan dengan Allah besok di akhirat, tidak ditolak doa mereka dan tidak dikurangi sedikitpun kelezatan dari mereka"Ali memuji kaum Muhajirin dalam jawabannya kepada Muawiyah bin Abi Sufyan:" Sungguh beruntung `Ahlu as-sabq` (orang-orang Islam terdahulu) dengan kedahuluannya (masuk islam) dan kaum Muhajirin yang pertama telah membawa keutamaan mereka"Sekalipun ada konflik dengan Muawiyah, Ali –mudah2an Allah meridhoinya—
TIDAK MENGKAFIRKANNYA.
Hal ini ia tulis dalam surat-suratnya yang ia kirim keberbagai daerah dalam rangka menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di"Shiffin". Surat ini diriwayatkan oleh Imam Syi`ah Muhammad Ar-Ridha dalam Nahjul Balaghoh hal 488. Ali menulis untuk mereka :"Awalnya kita bertemu dengan kelompok dari penduduk Syam, yang nampaknya memang Rabb kita satu dan dakwah kita satu.Kita tidak menambahi (melebihi) mereka dalam iman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya, mereka juga tidak melebihi kita. Semuanya sama kecuali apa yang kita perselisihakan tentang darah Ustman radhiallahu `anhu, dan kita bersih daripadanya."Ali pun telah mengingkari orang-orang yang yang mencela Mu`awiyah dan bala tentaranya. Ar-Ridha meriwayatkan dari Ali, dia berkata (hal 323):"Sesungguhnya aku membenci untuk kalian jika kalian menjadi para pencela akan tetapi jika kalian mensifati amal-amal mereka dan menyebut kondisi mereka, maka hal itu lebih tepat dalam ucapan dan lebih mengena dalam memberikan alasan, dan kalian (hendaknya)mengganti celaan terhadap mereka dengan do`a"Ya Allah lindungilah darah kami dan darah mereka dan perbaikilah hubungan di antara kami dan mereka"
Sumber:Gen Syiah,Asy Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi

Wednesday, June 08, 2005

KAWIN KONTRAK TRADISI SYIAH

Dalam urusan nikah mut’ah Syi'ah memiliki banyak keburukan, kekejian, hal-hal yang menjijikkan dan kebodohan terhadap Islam. Mereka mengangkat nilai setiap keburukan dan meninggikan setiap yang kotor. Mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah (berupa zina) atas nama agama dan dusta terhadap para Imam. Mereka membolehkan semua yang mereka mau, mereka membiarkan nafsu tenggelam dalam kelezatan yang menipu dan kemungkaran-kemungkaran. Mut’ah adalah sebaik-baik saksi dan bukti, mereka telah menghiasi mut'ah dengan segala kesucian, keagungan dan keanggunan, hingga mereka menjadikan balasan pelakunya adalah surga -Naudzubillah-, mereka memperbanyak keutamaan-keutamaan mut’ah dan keistimewaannya, seraya menyesatkan -sebagaimana lazimnya- orang-orang yang mereka jadikan sebagai tawanan bagi ucapan-ucapan mereka yang dusta. Di antaranya ialah:
Al-Kasyani dalam tafsirnya, berbohong atas Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, mereka mengatakan bahwa beliau bersabda, Telah datang kepadaku Jibril darl sisi Tuhanku, membawa sebuah hadiah. Kepadaku hadiah itu adalah menikmati wanita-wanita mukminah (dengan kawin kontrak). Allah belum pernah memberikan hadiah kepada para nabipun sebelumku, Ketahuilah mut’ah adalah keistimewaan yang dikhususkan oleh Allah untukku, karena keutamaanku melebihi semua para nabi terdahulu. Barangsiapa melakukan mut’ah sekali dalam umurnya, la menjadi ahli surga. Jika laki-laki dan wanita yang melakukan mut’ah berter di suatu tempat, maka satu malaikat turun kepadanya untuk menjaga hingga mereka berpisah. Apabila mereka bercengkerama maka obrolan mereka adalah berdzikir dan tasbih. Apabila yang satu memegang tangan pasangannya maka dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan bercucuran keluar dari jemari keduanya. Apabila yang satu mencium yang lain maka ditulis pahala mereka setiap ciuman seperti pahala haji dan umrah. Dan ditulis dalam jima' (persetubuhan) mereka, setiap syahwat dan kelezatan satu kebajikan bagaikan gunung-gunung yang menjulang ke langit. Jika mereka berdua asyik dengan mandi dan air berjatuhan, maka Allah menciptakan dengan setiap tetesan itu satu malaikat yang bertasbih dan menyucikan Allah, sedang pahala tasbih dan taqdisnya ditulis untuk keduanya hingga hari Kiamat." (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani)
Mereka juga berdusta atas nama Ja’far Ash-Shadiq, alim yang menjadi lautan ilmu ini! dikatakan oleh mereka telah bersabda: “Mut’ah itu adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Yang mengamalkannya, mengamalkan agama kami dan yang mengingkarinya mengingkari agama kami, bahkan ia memeluk agama selain agama kami. Dan anak dari mut’ah lebih utama dari pada anak istri yang langgeng. Dan yang mengingkari mut’ah adalah kafir murtad.” (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.356)
Mereka juga berbohong atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, mereka mengatakan bahwa beliau bersabda: “'Barangsiapa melakukan mut'ah sekali dimerdekakan sepertiganya dari api neraka, yang mut'ah dua kali dimerdekakan dua pertiganya dari api neraka dan yang melakukan mut'ah tiga kali dimerdekakan dirinya dari neraka.”
Mereka menambah tingkat kejahatan dn kesesatan merea dengan meriwayatkan atas nama Rasulullah Shallallhu‘alihi wasallam: "Barangsiapa melakukan mut'ah dengan seorang wanita Mukminah, maka seoloh-olah dia telah berziarah ke Ka'bah (berhaji sebanyak 70 kali).(‘Ujalah Hasanah Tarjamah Risalah Al Mut’ah oleh Al-Majlisi Hal.16).
Mut’ah, Rukun, Syarat dan Hukumnya
Fathullah Al-Kasyani menukil di dalam tafsirnya sebagai berikut, "Supaya diketahui bahwa rukun akad mut’ah itu ada lima: Suami, istri, mahar, pembatasan waktu (Taukit) dan shighat ijab qabul." (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.357)
Dia menjelaskan, "Bilangan pasangan mut’ah itu tidak terbatas, dan pasangan laki-laki tidak berkewajiban memberi nama, tempat tinggal, dan sandang serta tidak saling mewarisi antara suami-istri dan dua pasangan mut’ah ini. Semua ini hanya ada dalam akad nikah yang langgeng," (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.352)

Syarat-syarat Mut’ah
Perkawinan ini cukup dengan akad (teransaksi) antara dua orang yang ingin bersenang-senang (mut’ah) tanpa ada para saksi!
Laki-laki terbebas dari beban nafkah!
Boleh bersenang-senang (tamattu') dengan para wanita tanpa bilangan tertentu, sekalipun dengan seribu wanita!
Istri atau pasangan wanita tidak memiliki hak waris!
Tidak disyaratkan adanya ijin bapak atau wali perempuan!
Lamanya kontrak kawin mut’ah bisa beberapa detik saja atau lebih dari itu!
Wanita yang dinikmati (dimut’ah) statusnya sama dengan wanita sewaan atau budak!
Abu Ja’far Ath-Thusi menukil bahwa Abu Abdillah Alaihis-Salam (Imam mereka yang di anggap suci) ditanya tentang mut’ah apakah hanya dengan empat wanita?
Dia menjawab, "Tidak, juga tidak hanya tujuh puluh."
Sebagaimana dia juga pernah ditanya apakah hanya dengan empat wanita?
Dia menjawab, "Kawinlah (secara mut’ah) dengan seribu orang dari mereka karena mereka adalah wanita sewaan, tidak ada talak dan tidak ada waris dia hanya wanita sewaan."(At-Tahdzif oleh Abu Ja’far Aht-Thusi, Juz III/188)
Mereka menisbatkan kepada imam keenam. yang ma'shum dia bersabda, "Tidak mengapa mengawini gadis jika dia rela tanpa ijin bapaknya." (At-Tahdzif Al-Ahkam juz VII/256)
Mereka menisbatkan kepada Ja’far Ash-Shadiq, dia ditanya, "Apa yang harus, saya katakan jika saya telah berduaan dengannya?" Dia berkata, engkau cukup mengatakan ,aku mengawinimu secara mut’ah (untuk bersenang-senang saja) berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, tidak ada yang mewarisi dan tidak ada yang diwarisi, selama sekian! hari.Jika kamu mau, sekian tahun, Dan kamu sebutkan upahnya, sesuatu yang kalian sepakati sedikit atau banyak.(Al-Furu’ Min Al Kafi Juz V/455)
Demikianlah kawin mut’ah dalam agama Syi'ah yang dengannya mereka menipu orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang yang awam, seraya menyihir mata mereka dengan berbagai macam atraksi sulap dan sihir serta, mengada-ada ucapan dusta, atas nama Allah dan Rasul-Nya.
Bantahan terhadap Kebolehan Mut’ah
Sesungguhnya nikah mut’ah pernah dibolehkan pada awal Islam untuk kebutuhan dan darurat waktu itu kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengharamkannya untuk selama-lamanya hingga hari Kiamat. Beliau malah mengharamkan dua kali, pertama pada waktu Perang Khaibar tahun 7 H, dan yang kedua pada Fathu Makkah, tahun 8 H.
Mereka [Syi’ah sendiri] meriwayatkan bahwa Ali berkata, "Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengharamkan pada Perang Khaibar daging himar jinak dan nikah mut'ah." (At-Tahdzif Juz II/186) Riwayat inipun terdapat dalam sahih Bukhari. Maka semakin jelas tentang agama mereka yang dibangun atas dasar rekayasa, ucapan mereka bertentangan satu sama lain. Maka kami membantah kalian wahai Syi’ah !!, dengan kitab-kitab kalian sendiri.
Ini adalah salah satu sebab yang membuat mereka berakidah taqiyah (berbohong). Padahal perlu diketahui bahwa dalam agama Syi’ah tidak boleh melakukan taqiyah dalam mut’ah, la taqiyyata fi al-mut'ah (tidak ada taqiyah dalam mut'ah).
Ali, Umar dan Ibnu Abbas Berlepas Diri
Kemudian, Umar tidak pernah mengatakan, "Mut'ah halal pada zaman Nabi dan saya melarangnya!" Tetapi mut’ah dulu halal dan kini Umar menegaskan dan menegakkan hukum keharamannya. Yang demikian itu karena masih ada orang yang melakukannya. Adapun dia mengisyaratkan bahwa dulu memang pernah halal, ya, akan tetapi beberapa waktu setelah itu diharamkan. Di antara yang menguatkan lagi adalah pelarangan ‘Ali ketika menjadi khalifah.
Syi’ah tidak memiliki bukti dari Salaf Shalih kecuali dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu, akan tetapi Ibnu abbas sendiri telah rujuk dan mencabut kembali kebolehannya kembali kepada pengharamannya, ketika di mengetahui larangan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia (Ibnu Abbas) telah berkata : “Sesungguhnya hal ini perlu saya jelaskan agar sebagian Syi’ah Rafidhoh tidak berhasil mengelabui sebagian kaum Muslimin.” (Sunan Al-Baihaqi 318 100 ; muhammad Al-Ahdal, hal. 251-252)
Sebagaimana kitab Syi’ah sendiri menyebutkan keharamannya, dan Imam Syi’ah ke-enam [yang diangap suci dari kesalahan] telah berkata kepada sebagian sahabatnya : “Telah aku haramkan mut’ah atas kalian berdua” (Al-Furu’ min Al-Kafi 2 48).
Adapun dalil mereka dengan sebagian hadits-hadits yang ada pada kitab Shahih Ahlussunnah maka hadits-hadits tersebut telah dinasakh [dihapus hukumnya]. Hal ini menjadi jelas dari hadits-hadits yang datang mengharamkan setelahnya. Di antara yang menunjukkan mut’ah bukan nikah adalah mereka [syi’ah] memandang bahwa mut’ah boleh dengan berapa saja sekalipun seribu wanita. Ini adalah menyalahi Syari’at yang hanya membolehkan [paling banyak] empat wanita.
Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi “Asy-Syi’ah minhum ‘alaihim”

TAQIYAH RITUAL KAUM SYI'AH

Taqiyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti Yaitu “Dusta”. Adapun menurut Syi’ah taqiyah berarti perbuatan seseorang yang menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya, artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia. Taqiyah adalah satu prinsip dari prinsip-prinsip kesesatan mereka. Taqiyah memiliki kedudukan yang luar biasa, mereka telah menempatkannya dalam tempat pengagungan dan pengkultusan, hingga mereka menjadikannya sebagai asas dalam agama mereka, dengan taqiyah seorang hamba akan mendapatkan pahala dan ihsan dari Allah.
Taqiyah adalah satu rukun dari rukun-rukun agama mereka, seperti halnya shalat. Ibnu Babawaih mengatakan:“Keyakinan kami tentang taqiyah itu adalah dia itu wajib. Barangsiapa meninggalkannya maka sama dengan meninggalkan shalat.”[Al-I’tiqadat, hal.114].
Mereka menisbatkan kepada imam keenam Ja’far Ash-Shadiq, dia berkata: “seandainya saya mengatakan bahwa yang meninggalkan taqiyah sama dengan yang meninggalkan shalat tentu saya benar.” [Al-I’tiqadad, hal.114]
Sebagaimana mereka katakan juga bahwa: “Daulah Azh-zhalimin” mereka menegaskan, “Taqiyah adalah fardhu yang diwajibkan kepada kami dalam negara orang-orang yang zhalim. Karena itu barangsiapa meninggalkan taqiyah maka sungguh dia telah menyalahi agama imamiyah* dan telah berpisah dengannya.”[Bihar op. cit. 57/421]
mereka menipu kaum muslimin hanya karena mengikuti hawa nafsu iblis mereka, sekaligus propaganda kesesatan mereka. Mereka menganggap bahwa taqiyah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan keimanan seseorang.
Imam Bukhari mereka, yaitu Muhammad Al-Kulaini berkata: “Bertaqwalah kalian kepada Allah 'Azza wa Jalla dalam agama kalian dan lindungilah agama kalian dengan taqiyah, maka sesungguhnya tidaklah mempunyai keimanan orang yang tidak bertaqiyah. Dia juga mengatakan “Siapa yang menyebarkan rahasia berarti ia ragu dan siapa yang mengatakan kepada selain keluarganya berarti kafir.” .”[Al-KafiS 2/371,372 & 218].
Dan demikianlah firqoh Syi’ah menjadikan taqiyah, sebagai pilar agama dan menjadikan sebagai salah satu simbol mazhabnya. Keyakinan akan keharusan bertaqiyah mengandung konsekuensi membolehkan mereka berbohong. Sehingga perbuatan ini menjadi “trade mark” atau simbol Syi’ah. Umpamanya ada yang mengatakan, “Dia itu lebih pembohong dari orang rafidhah” [Tahqiq Mawaqif al-Sahabah fi al-Fitnah].
Atas kebolehan taqiyah mereka berdalil dengan…
Firman Allah 'Azza wa Jalla, artinya :
“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (kekasih, penolong, pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barangsiapa berbuat demikian niscaya, lepaslah ia dari pertolongon Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” [Ali Imran: 28].
Ini adalah istidlal (pengambilan dalil) yang salah, menyalahi pengertian ayat yang jelas yang tidak menerima ta’wil semacam di atas, memelihara diri yang dimaksud dalam ayat adalah memelihara diri dari orang-orang kafir.
Firman Allah 'Azza wa Jalla, artinya:
“Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).” [An-Nahl: 106].
Ini juga istidlal yang keliru jauh dari kebenaran karena ayat ini khusus bagi orang yang sudah tidak tahan siksaan, jika ia terpaksa mengucapkan kekufuran, maka ia boleh mengucapkannya tanpa diyakini dan diamalkan.
Sebagaimana mereka beristidlal dengan firman Allah 'Azza wa Jalla, melalui lisan Ibrahim Alaihis-Salam, artinya:
“Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang, kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sakit’,” [Ash-Shaffat: 88-89].
Ini tidak sama dengan kedustaan dan kebohongan model Syi’ah, tetapi ayat ini membolehkan “tawriyah” (penyamaran) dalam zhahir ucapan jika diharuskan dalam kondisi darurat.
Ucapan Ibrahim Alaihis-Salam “Sesungguhnya aku sakit.” maksudnya,“Dari amal kamu dan ibadah kamu kepada berhala-berhala itu.” Ini bukan dusta tetapi di dalamnya mengandung sindiran (ta’ridh) untuk maksud syar’i, yaitu menghancurkan tuhan-tuhan mereka setelah ditinggalkan oleh para penyembahnya. Bahkan taqiyah Syi’ah tidak hanya halal bagi manusia biasa, tetapi halal juga bagi para Nabi dan Rasul. Ini adalah sangat buruk dan keji serta kemungkaran yang nyata. Karena Allah Ta’ala mengutus para Nabi dan Rasul untuk tugas menyampaikan risalah Tuhan mereka, mengajar manusia dan menyucikan mereka. Jika tidak tentu tidak akan tersebar dakwah mereka, tidak akan muncul pertentangan antara mereka dan orang-orang yang mereka utus kepadanya, tentu tidak akan merasakan cobaan-cobaan, siksaan-siksaan dan mara-bahaya.
Al-Qur’an adalah sebaik-baik saksi dalam hal ini dan yang menepiskan ini adalah firman Allah 'Azza wa Jalla, artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” [AI-Ahzab: 39].
Diantara riwayat dusta Syi’ah adalah taqiyah yang dialamatkan kepada Rasulullah saw mereka menyebut dari Abu abdillah Alaihis-Salam.
Dia berkata: “Tatkala Abdullah bin Ubay bin Salul (pemimpin orang-orang munafik) mati, Rasulullah saw menghadiri jenazahnya.
Maka umar menegur Rasulullah saw, “Bukankah Allah telah melarang anda untuk berdiri di kuburannya ?”
Rasulullah terdiam.
Umar mengulagi lagi, “Bukankah Allah 'Azza wa Jalla telah melarang Anda untuk berdiri diatas kuburannya?”
Maka beliau menjawab, celaka kamu, tahukah kamu apa yang aku ucapkan ? Sesungguhnya aku mengatakan, “Ya Allah tutuplah mulutnya dengan api, penuhilah kuburannya dengan api, dan masukkanlah dia kedalam api neraka.”
Abu Abdillah Alahis-Salam berkata: “Maka jelaslah bahwa Rasulullah saw apa yang tadinya tidak dia sukai.” [Al-Kafi fi Al-furu’.Kitab Al-Janaiz 3/188]
Apakah seperti ini sifat dan karakter Rasul yang diutus sebagai rahmatan lil’alamin, yang datang sebagai pengajar dan pendidik bagi ummat manusia? Sungguh ini adalah kebohongan dan kecurangan dari orang-orang zindik untuk mendeskreditkan Rasulullah saw.
Allah 'Azza wa Jalla telah memuji nabi-Nya dengan berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.”
Tuduhan yang curang dan taqiyah yang didakwakan bertolak belakang dengan kandungan dan makna ayat ini. Kemudian bagi yang masih memiliki sisa akal, apakah rasululalh saw memerlukan sikap taqiyah dan nifaq sementara kedudukannya sangat kuat dan posisinya sangat tinggi saat itu?
Justru Ibnu-Salul lah yang memerlukan sikap dusta dan taqiyah ini karena kelemahnya di hadapan kekuatan islam.
Lalu apakah yang ditakuti oleh Rasulullah saw sehinga bertaqiyah dihadapan Ibnu Salul yang sudah menjadi mayat itu!
“Takutlah kamu kepda Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”[At-Taubah:119]
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar.”[Al-Ahzab:70]
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan mereka yang telah menyipati Rasulullah saw yang diutus sebagai penyebar rahmat dengan sifat-sifat seperti tadi.
Sesungguhnya taqiyah yang dilakukan oleh Rafidhah adalah kemunafikan yang nyata, mereka menginginkan sesuatu tapi mengucapkan dengan sesutu yang lain. Memerintahkan sesuatu secara-terang-terangan dan melarangnya dalam kesendirian. Allah Ta’ala telah menjelaskan sifat-sifat orang munafik dan sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat orang Syiah yang sudah terbiasa terdidik dengan pendidikan yang rendah ini, dan dari sana mereka mewariskan kepada putra-putrinya.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu adalah benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu adalah benar-benar Rasul-Nya. Dan Allah mengetahu bahwa sesungguhnya orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”[Al-Munafiqun:1].
Allah berfirman,artinya: “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan kami beriman, dan apabila mereka kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.”[Al-Baqarah:14]
Latar Belakang Akidah Taqiyah
Posisi Syi’ah dahulu telah mengalami krisis ketika mereka membuka-buka lembaran kitab-kitab mereka, dalam kitab ini Al-Imam mengancam dan mengintimidasi, dan dalam kitab lain imam yang keempat menghalalkan dan dalam kitab yang sama imam keenam mengharamkan , imam yang ini mengatakan surya sementara imamnya yang lain mengtakan rembulan, maka mereka mendapati bahwa ucapakan orang yang mereka yakini sebagai imam yang ma’shum terbebas dari kesalahan dan ketergelinciran ternyata ucapan mereka dalam satu perkara saling bertentangan tanpa menemukan alasan pembenaran untuk itu. Sebgaimana mereka merasa terpukul ketika mendapatkan dalam sebagian riwayat mereka memuji dan mencintai para sahabat Rasulullah saw, dan mengakui baiyat terhadap mereka, berbalik dari apa yang mereka yakini. Maka kesulitan mereka semakin rumit, karena orang-orang bodoh dan hakham Rafidhah telah menghukumi sesat orang-orang sesat disekitar mereka, dan menjejali hati mereka dengan kebencian terhadap para sahabat dan ummahat Al-Mukminin –semoga Allah meridhai mereka- sepanjang zaman . maka mereka berlari menuju tipu muslihat , makar dan kesesatan. Mereka memandang bahwa tidak ada jalan selamat bagi mereka melainkan dengan taqiyah, mereka merancang konsep taqiyah dan melengkapinya dengan berbagai macam fadhilah, dengan begitu merreka telah mengelabui manusia.
Apabila orang yang mengerumuni mereka dan yang menganut agama mereka hanyalah orang-orang bododh –semoga Allah memberi hidayah kepada mereka- yang tidak ammpu memilah-milah didalam masalah akidah. Jika mereka mendengar dari satu imam yang berkata begini dan begitu, mereka langsung membenarkan sebelum orang yang menceritakan hadits itu menyempurnakan haditsnya. Mereka telah menjadikan para pengikut sebagi tawanan bagi ucapan para imam yang dipalsukan itu, karena mereka telah menanamkan ketaatan buta di hati mereka kepada imam, mereka telah menakut-nakuti pengikutnya dan telah memotivasi mereka dengan hadits-hadits yang tidak ada sangkut pautnya dengan islam.
Maka jika ucapan seorang imam bertentangan dengan imam itu sendiri, atau ucapan seorang imam berbenturan dengan imam yang lai, mereka mengatakan sesungguhnya itu terjadi dengan karena taqiyah. Mereka benar-benar telah menghiasi taqiyah ini dengan berbagai macam keutamaan dan keistimewaan sesuai dengan keinginan nafsu mereka.
Bagaimakah kesaksian ulama mereka?
Berikut ini adalah kesaksian ulama Syi’ah yang berakal tentang taqiyah yang dia sebutkan dalam kitabnya, “Sesungguhnya saya meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada satu ummat didunia yang menghinakan dirinya dengan menerima konsep taqiyah dan mengamalkannya. Inilah saya, saya memohon kepada Allah secara ikhlas dan saya mengetahui hari yang orang syi’ah tidak pernah berfikir, bahkan tidaka pernah berfikir tentang taqiyah apalagi tentang pengamalannya.”
Dan dia menambahkan, “Sesungguhnya yang menjadi kewajiban bagi Syi’ah adalah menjadikan perhatiannya terhadap kaidah akhlak yang telah diwajibkan oleh islam atau seluruh kaum muslimin, yaitu: seorang muslim tidak boleh menipu, tidak menjilat,tidak melakukan kecuali yang haq dan tidak berkata melainkan yang haq sekalipun atas dirinya. Dan sesungguhnya perbuatan baik itu adalah baik di segala tempat dan amal yang buruk adalah buruk di segala tempat.”
Sampai dia berkata, “Hendaklah mereka juga mengatahui bahwa apa yang mereka nasabkan kepada imam Ash-Shadiq dari ucapanya taqiyah adalah ‘agamamu dan agama bapak-bapakku’, sesungguhnya itu anyalah dusta, bohong dan fitnah atas imam yang sangat agung itu.”[ibid, hal.159]
Sebagimana dikatakan oleh seorang iran, Ahmad Al-Kisrawi, “Sesungguhnya taqiyah adalah satumacam dari dusta dan nifaq, apakah masih perlumenelti tentang keburukan dusta dan nifaq?”[Syi’ah wa At-Tasyayyu’, hal.87]
Sesungguhnya taqiyah itu hanya di bolehkan untuk orang-orang lemah yang ditindas yang khawatir tidak bisa tegar di atas kebenaran dan bagi orang-orang yang tidak menempati qudwah (teladan) bagi manusia, orang seperti merekalah yang boleh mengambil rukhsyah (taqiyah) ini. Adapun orang-orang yang memiliki semangat dan tekat dari para Imam yang menjadi petuntuk jalan maka mereka harus mengambil azimah (hukum yang kuat) menanggung derita , tetap tegar dijalan Allah apapun yang mereka hadapi. Dan adalah para sahabat Rasulullah saw orang yang mulia sebagaimana yang dipersaksikan Al-Qur’an. Allah berfirman :
“ Kekuatan, kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang mukmin, tetapi orang-orang yang munafik itu tidak mengetahui.” [Al-Munafiqun: 8].
Maka tidak boleh orang-orang yang mulia (kuat) itu hanya berasal dari para sahabat yang khusus, karena Ali dan Ibnu Abbas , bukan orang yang munafik juga bukan orang yang hina sehingga mengambil sikap taqiyah.
Ibnu Taimiyah berkata “inilah sikap Rafidhah.” Syi’ar mereka adalah kehinaan, baju mereka adalah nifak dan taqiyah, modal mereka adalah dusta dan sumpah palsu mereka berdusta atas nama Ja’far As-Siddiq bahwa dia berkata taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku.Dan Allah telah membersihkan ahlul bait dari hal itu dan tidak menjadikan mereka butuh kepadanya , karena mereka adalah manusia paling jujur dan paling agung imannya. Agama mereka adalah takwa dan bukan taqiyah [Al-Muntaqa: 86].
Inilah hakikat taqiyah dalam agama syi’ah dia tidak lain hanyalah dusta, nifaq, dan penipuan; tidak ada amanah bagi mereka, tidak ada keikhlasan dan kejujuran dalam agama mereka . Mereka adalah para pendusta yang bangga dengan dustanya dan terang-terangan dengan maksiatnya dihadapan mata manusia.
Allah berfirman:“Diantara orang-orang Mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur dan diantara mereka (ada pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah-ubah janjinya, supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab:23-24].
Tikaman Syi'ah Terhadap Sahabat
Apa kata mereka tentang sahabat ??
Ibnu taimiyah berkata : “Syi’ah rafidhah mengatakan : sesungguhnya kaum muhajirin dan anshor menyembuyikan nash-nash sehingga mereka kafir kecuali hanya sedikit saja, lebih dari 10 orang dan sesungguhnya Abu Bakar, Umar dan semisal keduanya adalah orang munafik , yang sebelumnya adalah iman kemudian kafir. [Majmu’ fatawa 3/356].
Mereka juga mengatakan sesunguhnya para sahabat, karena mereka telah membai’at Abu Bakar, maka semuanya menjadi kafir kecuali tiga atau empat orang ,(Kitab syiah Itsna ‘asyariyah) diantaranya dari Hinan bin Sadir (tokoh syi’ah) dari bapaknya dari Abu Ja’far, ia berkata : “semua manusia menjadi kafir setelah meninggalnya Nabi saw kecuali tiga orang yaitu : Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al Ghifari dan salman al- Farisi.”[Al-Kafi 12/321,322]. Lebih dari itu mereka juga mengkafirkan sebagian dari ahli Bait Rasulullah saw , seperti Al-Abbas dan Abdulullah bin Abbas, mereka menganggapnya kerdil dan bodoh. [Ushul Kafi 1/247]. Maka lihatlah bagaimana mereka menganggap generasi termulia menjadi seperti iblis atau Abu Jahal. Padahal dengan celaan mereka terhadap sahabat saja sudah berarti mencela Nabi dan Islam. Cukuplah bagi kita untuk menepis kebatilan itu dengan Hadist: “Janganlah kalian mencela sahabatku, karena seandainya kalian berinfaq emas sebesar gunung uhud tidak akan menyamai kebaikan mereka (walaupun) satu mud atau setengahnya” [HR. Bukhari dari Abi Said Al- khudri]
Bukan hanya itu saja tetapi mereka juga mengkafiran khalifah, serta menghukumi pemerintahannya sebagai negara kafir.
Menurut syi’ah Itsna’asyariyah, bahwa semua pemerintahan selain pemerintahan itsna’asyariyah adalah bathil, dan penguasanya adalah thagut. Barangsiapa yang berbai’at kepadanya tak ubahnya seperti orang yang membai’at thagut. Mereka berpendapat bahwa semua khalifah selain Ali dan Hasan adalah thagut, sekalipun mereka menyeru kepada kebenaran. Al-majlisi mengatakan:”bahwa khulafa’urrosyidin adalah perampas yang murtad dari islam, semoga Allah melaknat mereka dan orang yang mengikuti mereka, karena mereka mendzalimi Ahlul bait dari awal hingga akhir.” [Ushul kafi: 1/427 dan rijal al-kusyi hal:35]. Dimasa ja’far bin shadiq, Syi’ah rafidhah juga mengatakan : penduduk syam lebih jelek dari pada penduduk romawi (Nasrani), dan penduduk Madinah tujuh puluh kali lebih jelek dari penduduk makkah, sedangkan penduduk makkah telah kafir dengan nyata. [Ushul kafi: 2/49]